Biografi Al-Farghani: Perintis
Astronomi Modern
Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat
berpengaruh. Nama lengkapnya adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir
al-Farghani. Di Barat, para ahli astronomi abad pertengahan mengenalnya dengan
sebutan al-Farghanus.
Al-Farghani berasal dari Farghana, Transoxania. Farghana
adalah sebuah kota di tepi sungai Sardaria, Uzbekistan. Ia hidup di masa
pemerintahan khalifah al-Ma'mun (813-833) hingga masa kematian al-Mutawakkil
(847-881). Al-Farghani sangat beruntung hidup di dua masa tersebut karena
pemerintah kekhalifahan memberi dukungan penuh bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Buktinya, sang khalifah membangun sebuah lembaga
kajian yang disebut Akademi al-Ma'mun, dan mengajak al-Farghani untuk
bergabung. Bersama para ahli astronomi lain, ia diberi kesempatan menggunakan
peralatan kerja yang sangat canggih pada masa itu. Ia memanfaatkan fasilitas
yang ada untuk mengetahui ukuran bumi, meneropong bintang, dan menerbitkan
laporan ilmiah. Pada tahun 829, al-Farghani melakukan penelitian di sebuah
observatorium yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun di Baghdad. Ia ingin
mengetahui diameter bumi, jarak, dan diameter planet lainnya. Pada akhirnya, ia
berhasil menyelesaikan penelitian tersebut dengan baik.
Al-Farghani juga termasuk orang yang turut memperindah Darul
Hikmah al-Ma'mun dan mengambil bagian dalam proyek pengukuran derajat garis
lintang bumi. Al-Farghani juga berhasil menjabarkan jarak dan diameter beberapa
planet. Pada masa itu, hal tersebut merupakan pencapaian yang sangat luar
biasa.
Hasil penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya
dalam berbagai buku. Harakat as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas
Ilmu Bintang) adalah salah satu karya utamanya yang berisi kajian
bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami
Ilm an-Nujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi
perkembangan astronomi di Eropa.
Di dalam buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi
sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia mengembangkanya lebih lanjut hingga
membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya wa Jawami Ilm
an-Nujum mendapatkan respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan non
muslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat
as-Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris
mengalami perubahan judul menjadi The Elements of Astronomy. Pada abad
XII, buku ini diterjemahkan pula dalam dua versi bahasa Latin. Salah satunya
diterjemahkan oleh John Seville pada tahun 1135, sebelum kemudian direvisi oleh
Regiomontanus pada tahun 1460-an. Sebelum tahun 1175, karya ini juga sempat
diterjemahkan oleh Gerard Ceremona.
Selanjutnya, Dante melengkapi karya al-Farghani ini dengan
menambahkan pendapatnya tentang astronomi dan memasukkan karyanya yang berjudul
La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi yang bernama Jacob Anatoli juga
menerjemahkan karya ini dalam bahasa Yahudi, dan menjadi terjemahan latin versi
ketiga (1590). Pada tahun 1669, Jacob Golius menerbitkan teks Latin yang baru.
Bersamaan dengan itu, sejumlah ringkasan karya al-Farghani telah beredar di
kalangan para ilmuwan. Di kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui
sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh bagi para ilmuwan masa itu.
Tidak hanya aktif di bidang astronomi, al-Farghani juga aktif
di bidang lain, seperti teknik. Seorang ilmuwan yang bernama Ibnu Tughri Birdi
berkata bahwa al-Farghani pernah ikut melakukan pengawasan pada proyek
pembangunan Great Nilometer di Kairo Lama (861). Nilometer adalah sebuah
alat pengukur pasang-surut air sungai Nil. Alat ini dibangun di pulau Roda,
sebuah pulau yang terletak di sebelah selatan Kairo. Nilometer berbentuk tiang
yang mampu mencatat ketinggian air. Bangunan tersebut berhasil diselesaikan bersamaan
dengan meninggalnya khalifah al-Mutawwakil, sang pencetus pembagunan Nilometer.
Al-Farghani juga pernah ditugaskan melakukan pengawasan pada
sebuah proyek penggalian kanal di kota baru, al-Ja'fariyya, yang terletak
berdekatan dengan Samaran di daerah Tigris. Proyek tersebut bernama Kanal
al-Ja'fari. Saat itu, al-Farghani memerintahkan para pekerja untuk membuat
bagian hulu kanal lebih dalam dari pada bagian yang lain. Dengan begitu, tidak
akan ada air yang mengaliri kanal tersebut, kecuali jika permukaan air sungai
Tigris sedang pasang. Kebijakan al-Farghani ini sempat membuat khalifah marah,
namun hitungan al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik yang
berpengaruh, Sind bin Ali. Akhirnya, sang khalifah mau menerima kebijakan
tersebut. Dalam bidang teknik, al-Farghani juga membuat karya dalam bentuk
buku, yaitu Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab
'Amal al-Rukhamat.
Karya utama al-Farghani yang berbahasa Arab masih tersimpan
baik di Oxford, Paris, Kairo, dan di perpustakaan Universitas Princeton. Atas
karya dan jasanya yang begitu banyak, nama al-Farghani dikenal sebagai salah
satu perintis astronomi modern. Al-Farghani adalah tokoh yang memperkenalkan
sejumlah istilah astronomi asli Arab pada dunia, seperti azimuth, nadir,
dan zenith.
Biografi Al-Farghani [Rujukan
Astronom Eropa]
1.Insinyur
Sipil di Abad 9
Insinyur
sipil Muslim dari abad ke-9 M itu bernama lengkap Abu'l-Abbas Ahmad ibnu
Muhammad ibnu Kathir Al-Farghani. Ilmuwan yang terlahir di Farghana,
Tansoksiana, itu biasa dipanggil Al-Farghani. Orang Barat biasa menyebutnya
Al-Fraganus. Sebelum terjun dalam bidang teknik sipil, sejatinya Al-Farghani
adalah seorang astronom. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Kitab fi
al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum (Elemen-elemen Astronomi) yaitu
buku tentang gerakan menyeluruh surgawi dan ilmu tentang bintang-bintang, yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12 dan diberikan pengaruh yang
besar atas astronom eropa sebelum Regiomontanus. Al-Farghani begitu populer
sebagai astronom, karena mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta
menemukan diameter planet-planet. Di era kepemimpinan Khalifah Al-Mutawakil,
Al-Farghani lalu terjun di bidang teknik.
Menurut sejarawan Ibnu Tughri Birdi, Al-Farghani dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo). Pembangunan megaproyek Great Nilometer itu rampung pada tahun 861 M, bersamaan dengan meninggalnya Khalifah Al-Mutawakil. Proyek lainnya yang digarap Al-Farghani adalah pengggalian kanal Al-Ja'fari.
Al-Farghani ditugaskan dua putera Khalifah Al-Mutawakil, yakni Muhammad dan Ahmad, untuk mengawasi proyek penggalian kanal itu. Kanal itu melalui kota baru Al-Ja'fariyah yang dibangun Al-Mutawakil dekat Samarra, di Tigris. Sayangnya, proyek penggalian kala yang diawasi Al-Farghani itu tak terlalu sukses.
Sebab, kanal itu tak bisa mengalirkan air dengan baik, kecuali bila ketinggian Sungai Tigris sedang tinggi. Konon, khalifah pun sempat marah, karena Al-Farghani ternyata salah perhitungan. Akibatnya, dia lebih dijuluki sebagai sebagai insinyur teoritis dibandingkan insinyur praktik.
Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali. Sind membenarkan perhitungan yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima kebijakan tersebut
Pada tahun 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik yakni, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti dan Kitab Amal Al-Rukhmat atau 'Book on the Construction of Sun-dials.
2.Al Farghani, Rujukan Astronom Eropa
Astronomi merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini umat Islam mampu mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga di dalamnya. Tak heran pula jika banyak astronom Muslim dan menyumbangkan pemikirannya dalam karya yang dibukukukan.
Sebagian besar karya mereka pun menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di Eropa
.Salah satu astronom Muslim yang berhasil menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada masa itu pemerintah memang memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani bersama astronom lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi, meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.
Al-Farghani (wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar yang pernah hidup. ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Dan kemudian Al-Farghani pun mampu menuliskan sebuah karya astronomi yang di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia menuliskan Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan celestial dan kajian atas bintang.
Pada abad kedua belas buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain itu ia pun kemudian berhasil menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farghani menjabarkan pula jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.
Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an.
Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan Ia masukan dalam karyanya, La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam bahasa Yahudi.
Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Al-Farghani di Eropa.
Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya di bidang teknik.
Paget Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante dalam karyanya Vita Nuova, dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva, yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London, Methuen, 1902, hlm. 56-57).
3.hikmah yang dapat diambil dari Al-Farghani
Dari biografi Al-Farghani diatas kita dapat mengambil hikmah yaitu kita dapat mengetahui tokoh islam zaman dahulu beserta Ilmu yang ditekuninya. Setiap orang juga dapat melakukan kesalahan seperti halnya Al-Farghani, tetapi setiap orang tidak akan bisa menyamai ilmu yang dimiliki Al-Farghani karena Ilmu dalam bidang astronomi dan bidang teknik, Al-Farghani mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet dan dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo).
Semua ilmu yang dimiliki Al-Farghani dapat bermanfaat bagi seluruh umat di bumi ini. Buku karangan Al-Farghani dapat dijadikan inspirasi bagi para pengarang buku yang berada di tahun berikutnya. Seperti pada karangan Paget Toynbee yang berjudul The “Vita Nouva” yang didasarkan dengan buku karangan Al-Farghani, "Elements of Astronomy". yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap.
Menurut sejarawan Ibnu Tughri Birdi, Al-Farghani dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo). Pembangunan megaproyek Great Nilometer itu rampung pada tahun 861 M, bersamaan dengan meninggalnya Khalifah Al-Mutawakil. Proyek lainnya yang digarap Al-Farghani adalah pengggalian kanal Al-Ja'fari.
Al-Farghani ditugaskan dua putera Khalifah Al-Mutawakil, yakni Muhammad dan Ahmad, untuk mengawasi proyek penggalian kanal itu. Kanal itu melalui kota baru Al-Ja'fariyah yang dibangun Al-Mutawakil dekat Samarra, di Tigris. Sayangnya, proyek penggalian kala yang diawasi Al-Farghani itu tak terlalu sukses.
Sebab, kanal itu tak bisa mengalirkan air dengan baik, kecuali bila ketinggian Sungai Tigris sedang tinggi. Konon, khalifah pun sempat marah, karena Al-Farghani ternyata salah perhitungan. Akibatnya, dia lebih dijuluki sebagai sebagai insinyur teoritis dibandingkan insinyur praktik.
Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali. Sind membenarkan perhitungan yang dilakukan oleh Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima kebijakan tersebut
Pada tahun 987 M, Ibnu Al-Nadim mengungkapkan, Al-Farghani berhasil menulis dua buku penting dalam bidang teknik yakni, Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti dan Kitab Amal Al-Rukhmat atau 'Book on the Construction of Sun-dials.
2.Al Farghani, Rujukan Astronom Eropa
Astronomi merupakan ilmu yang telah lama menjadi objek kajian umat Islam. Melalui kajian ilmu ini umat Islam mampu mengurai misteri benda-benda langit dan memberikan sumbangan berharga di dalamnya. Tak heran pula jika banyak astronom Muslim dan menyumbangkan pemikirannya dalam karya yang dibukukukan.
Sebagian besar karya mereka pun menjadi rujukan. Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di Eropa
.Salah satu astronom Muslim yang berhasil menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani. Ia adalah salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah Al-Mamun pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada masa itu pemerintah memang memberikan dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani bersama astronom lainnya telah menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi, meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.
Al-Farghani (wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar yang pernah hidup. ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Dan kemudian Al-Farghani pun mampu menuliskan sebuah karya astronomi yang di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia menuliskan Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam dialihbahasakan menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai gerakan celestial dan kajian atas bintang.
Pada abad kedua belas buku ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang mengadopsi teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut. Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain itu ia pun kemudian berhasil menentukan besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farghani menjabarkan pula jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.
Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus pada 1460-an.
Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh pemahaman dirinya mengenai astronomi dan Ia masukan dalam karyanya, La Vita Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam bahasa Yahudi.
Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada 1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran Al-Farghani di Eropa.
Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya di bidang teknik.
Paget Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante dalam karyanya Vita Nuova, dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva, yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London, Methuen, 1902, hlm. 56-57).
3.hikmah yang dapat diambil dari Al-Farghani
Dari biografi Al-Farghani diatas kita dapat mengambil hikmah yaitu kita dapat mengetahui tokoh islam zaman dahulu beserta Ilmu yang ditekuninya. Setiap orang juga dapat melakukan kesalahan seperti halnya Al-Farghani, tetapi setiap orang tidak akan bisa menyamai ilmu yang dimiliki Al-Farghani karena Ilmu dalam bidang astronomi dan bidang teknik, Al-Farghani mampu menetapkan diameter bumi sejauh 6.500 mil serta menemukan diameter planet-planet dan dipercaya untuk mengawasi pembangunan Great Nilometer di Fustat (kota tua Kairo).
Semua ilmu yang dimiliki Al-Farghani dapat bermanfaat bagi seluruh umat di bumi ini. Buku karangan Al-Farghani dapat dijadikan inspirasi bagi para pengarang buku yang berada di tahun berikutnya. Seperti pada karangan Paget Toynbee yang berjudul The “Vita Nouva” yang didasarkan dengan buku karangan Al-Farghani, "Elements of Astronomy". yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap.
Pada tahun 829, al-Fraghani melakukan penelian di sebuah observaturium di Baghdad untuk mengetahui diameter bumi, jarak, diameter pelanet lainnya.hasil penelitian al-Fargahani dibidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku salah satunya adalah harakat as-samawiyyawa jawami Ilm an-Nujum (asas-asas ilmu bintang) yang merupakan karya utama beliaudan telah ditejemahkan ke beberapa bahasa lain
Al-Farghani juga pernah aktif dibidang tehnik yaitu melakukakan pengawasan pada proyek pembagunan Great Nilometer di Kairo sekitar tahun 861. Nilometer merupakan alat pengukuran pasang surut air sungai Nil yang dibangun di pulau Roda. Beliau juga pernah ditugaskan menjadi pengawas di kota baru berdekatan dengan samara di daerah Tigris. Proyek tersebut di sebut Kanal al-Ja’fari. Beliau juga menulis beberapa buku seperti Kitab al-Fulus,Ikhtiar al-Majisti, dan Kitab ‘amal al-Rukhamat.
Kitab utama beliau yang berbahasa di simpan di Oxford, paris, Kairo dan diperpustakaan Universitas Princeton. Al-Farghani adalah tokoh yang memperkenalkan sejumlah istilah astrinomi asli arab pada dunia, seperti azimuth, nadir, zenith.
Al-Farghani
Al-Farghani (wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar yang pernah hidup, yang berasal dari Uzbekistan. Di dunia Barat ia dikenal dengan nama Alfraganus, ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Salah satu karyanya yang fenomenal, adalah The Elements of Astronomy (unsur-unsur astronomi), yang banyak membahas tentang gerakan-gerakan benda-benda langit. Karya ini diterjemahkan dari bahasa Arab kedalam bahasa Latin pada awal abad ke-12, yang kemudian menjadi sangat terkenal di Eropa pada masa itu.
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Paget Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante dalam karyanya Vita Nuova, dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva, yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London, Methuen, 1902, hlm. 56-57)
Al-Farghani (wafat 870 M), dipandang sebagai salah satu ahli astronomi terbesar yang pernah hidup, yang berasal dari Uzbekistan. Di dunia Barat ia dikenal dengan nama Alfraganus, ia banyak melakukan pengamatan terhadap benda-benda angkasa pada sebuah observatorium di Bagdad, dan ia berhasil menghimpun data-data tentang Apoge, yakni titik terjauh dan Perige, yaitu tentang titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa dari Bumi.
Teorinya, "Makin lonjong bentuk lintasannya, maka semakin besar perbedaan antara Apoge dan Perige". Disamping itu, ia juga pernah melakukan eksperimen untuk menentukan diameter Bumi.
Karya-karya utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan di Perpustakaan Princeton University, dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi), yang kemudian disebarkan ke seluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat al-Farghani dikenal sebagai pelopor Ilmu Astronomi
Salah satu karyanya yang fenomenal, adalah The Elements of Astronomy (unsur-unsur astronomi), yang banyak membahas tentang gerakan-gerakan benda-benda langit. Karya ini diterjemahkan dari bahasa Arab kedalam bahasa Latin pada awal abad ke-12, yang kemudian menjadi sangat terkenal di Eropa pada masa itu.
Al-Farghani meneliti sekaligus menguji teori Ptolemia, dan kemudian ia menyakini bahwa kualitas dari gerakan saling mendahului dari benda langit, adalah dipengaruhi oleh planet-planet dan bintang-bintang.
Paget Toynbee, seorang ilmuwan Oxford abad ke-19, yang ahli dalam pemikiran Dante, menunjukan pengaruh besar al-Farghani terhadap pemikiran Dante dalam karyanya Vita Nuova, dan Convivio. Setelah ia (Toynbee) membandingkan bagian-bagian tertentu dan kalimat-kalimat kunci dalam karya-karya itu, dengan apa yang terdapat dalam buku al-Farghani, "Elements of Astronomy".
Toynbee menyimpulkan, bahwa pembahasan Dante dalam karyanya The Vita Nouva, yang berisikan teori-teori tentang perbandingan antara planet-planet, tentang jarak Venus ke Bumi, Kutub dan Ekuator, dan Bintang-bintang tetap, adalah di dasarkan pada tulisan-tulisan al-Farghani.
Toynbee menambahkan, " .... tulisan al-Farghani ini nampak menjadi sesuatu yang sangat menarik bagi Dante, dan inilah bukti bahwa ia telah mempelajari dengan teliti karya al-Farghani". Dan karena Dante merasa berhutang banyak kepada al-Farghani bagi data-data astronomi, dan data lainnya sehubungan dengan karyanya yang lain (Convicio), Dante mengakui ke berhutangannya kepada al-Farghani.
Buku The Divine Comedy, juga merujuk pada konsep astronomi al-Farghani. Salah satu contohnya, adalah tentang delapan benda langit yang berputar dalam skala logaritma yang sama dengan dimensi-dimensi yang sebelumnya hal ini telah diperkirakan oleh al-Faghani. (Paget Toynbee, Dante Studies and Research, London, Methuen, 1902, hlm. 56-57)
Sebagian besar karya mereka pun menjadi rujukan.
Tak hanya oleh ilmuwan semasanya yang juga Muslim namun juga oleh ilmuwan
non-Muslim. Buku karya mereka telah melintasi batas wilayah. Karya mereka tak
hanya dirujuk di negeri asalnya namun juga bangsa-bangsa lainnya, semisal di
Eropa.
Salah satu astronom Muslim yang berhasil
menorehkan prestasi gemilang itu adalah Abu'l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn
Kathir al-Farghani. Pria yang karib disapa Al-Farghani ini lahir di Farghana.
Ia adalah salah satu astronom yang hidup pada masa pemerintahan khalifah
Al-Mamun pada abad kesembilan dan pewaris pemerintahan selanjutnya.
Pada masa itu pemerintah memang memberikan
dukungan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk kajian
astronomi. Bahkan khalifah membangun sebuah lembaga kajian yang sering disebut
sebagai Akademi Al-Mamun. Al-Farghani merupakan salah satu ilmuwan yang
direkrut untuk bergabung di dalam akademi tersebut.
Al-Farghani bersama astronom lainnya telah
menggunakan peralatan kerja yang canggih pada masanya. Mereka mampu
memanfaatkan fasilitas yang ada, hingga mampu menghitung ukuran bumi,
meneropong bintang-bintang dan menerbitkan berbagai laporan ilmiah.
Dan kemudian Al-Farghani pun mampun menuliskan
sebuah karya astronomi yang di kemudian hari menjadi rujukan banyak orang. Ia
menuliskan Kitab fi al-Harakat al-Samawiya wa Jawami Ilm al-Nujum yang dalam
dialihbahasakan menjadi The Elements of Astronomy. Buku ini isinya mengenai
gerakan celestial dan kajian atas bintang.
Pada abad kedua belas buku ini kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan memberikan pengaruh besar bagi
perkembangan astronomi di Eropa sebelum masa Regiomontanus. Al-Farghani memang
mengadopsi teori-teori Ptolemaeus namun kemudian ia kembangkan lebih lanjut.
Hingga akhirnya ia mampu membentuk teorinya sendiri.
Selain itu ia pun kemudian berhasil menentukan
besarnya diameter bumi yang mencapai 6.500 mil. Al-Farggani menjabarkan pula
jarak dan diameter planet lainnya. Ini merupakan pencapaian yang sangat luar
biasa. Tak heran jika buku karya Al-Farghani tersebut mendapatkan respons yang
positif tak hanya oleh kalangan Muslim juga ilmuwan non-Muslim.
Terkenalnya karya Al-Farghani ini disebabkan
adanya upaya penerjamahan atas karyanya tersebut. Dua terjemahan The Elements
of Astronomy dalam bahasa latin ditulis pada abad kedua belas. Salah satunya
ditulis oleh John Seville pada 1135 yang kemudian direvisi oleh Regiomontanus
pada 1460-an.
Sedangkan terjemahan lainnya ditulis oleh Gerard
Cremona sebelum 1175. Karya selanjutnya disusun oleh Dante yang dilengkapi oleh
pemahaman dirinya mengenai astronomi dan ia masukan dalam karyanya, La Vita
Nuova. Seorang ilmuwan Yahudi, Jacob Anatoli menerjemahkannya pula ke dalam
bahasa Yahudi.
Ini menjadi versi latin ketiga yang dibuat pada
1590. Dan pada 1669 Jacob Golius menerbitkan teks latin yang baru. Bersamaan
dengan karya-karya tersebut, banyak ringkasan karya Al-Farghani yang beredar di
kalangan saintis dan ini memberikan kontribusi bagi perkembangan pemikiran
Al-Farghani di Eropa.
Kelak kemudian hari, The Elements of Astronomy
diakui memang sebagai sebuah karya yang sangat berpengaruh. Seorang ilmuwan
yang bernama Abd al-Aziz al-Qabisi memberikan komentar atas karya Al-Farghani
tersebut, yang kemudian komentar Abd al-Aziz ini tersimpan di Istanbul sebagai
manuskrip yang sangat berharga.
Manuskrip lainnya juga banyak bertebaran di
berbagi perpustakaan yang ada di Eropa. Ini membuktikan pula bahwa pemikiran
Al-Farghani menjadi acuan dalam perkembangan astronomi di Eropa. Aktivitas
Al-Farghani tak melulu di bidang astronomi namun ia pun melebarkan aktivitasnya
di bidang teknik.
Ini terbukti jika kita mengutip ucapan seorang
ilmuwan yang bernama Ibn Tughri Birdi. Ia menyatakan, Al-Farghani pernah ikut
dalam melakukan pengawasan pembangunan Great Nilometer, merupakan alat pengukur
air, di Fustat atau Kairo Lama.
Bangunan tersebut rampung pada 861 bersamaan
dengan meninggalnya Kalifah Al-Mutawwakil yang memerintahkan adanya pembangunan
Nilometer tersebut. Tughri menyatakan bahwa semula Al-Farghani memang tak
dilibatkan. Namun ia akhirnya terlibat juga karena harus melanjutkan tugas yang
dibebankan kepada putra khalifah yaitu Musa Ibn Shakir, Muhamad dan Ahmad.
Ia harus melakukan pengawasan atas penggalian
kanal yang dinamakan Kanal Al-Ja'fari di kota baru Al-Ja'fariyya, yang letaknya
berdekatakan dengan Samaran di daerah Tigris. Al-Farghani saat itu
memerintahkan penggalian kanal dengan membuat hulu kanal digali lebih dalam
dibandingkan bagian lainnya.
Maka tak ada air yang cukup mengalir pada kanal
tersebut kecuali pada saat permukaan air Sungai Tigris sedang pasang. Kebijakan
Al-Farghani ini kemudian didengar oleh sang khalifah dan membuatnya marah.
Namun hitungan Al-Farghani kemudian dibenarkan oleh seorang pakar teknik
lainnya yang berpengaruh pula, yaitu Sind Ibn Ali.
Sind membenarkan perhitungan yang dilakukan oleh
Al-Farghani. Paling tidak ini membuat khalifah menerima kebijakan tersebut.
Dalam bidang teknik, Al-Farghani juga menelurkan karya dalam bentuk buku yaitu
Kitab al-Fusul, Ikhtiyar al-Majisti, dan Kitab 'Amal al-Rukhamat.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar