MAKALAH
PROBLEMATIKA
GURU
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Kepribadian Guru PAI Semester IV
Program
Strata Satu ( S.1)
Dosen
: Drs. BAMBANG SUCIPTO, MPd.I

|
|
Di Susun Oleh
Nama : Samsul Maarif
Khoirul Fata
Eko Priyanto
Masngudi
Ahmad Miftahudin
Siti Alfiah
Tri Rahayu Prayitna Ningsih
Fathul Choir
|
|
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA
KEBUMEN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Penulisan
makalah yang berjudul tentang ”Poblematika Guru” .
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu menyiapkan, memberikan masukan, dan menyusun makalah yang disusun
untuk memenuhi tugas matakuliah “Kepribadian Guru PAI”. Penulis juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang dapat dijadikan masukan dari pembaca sangat diharapkan
guna menyempurnakan makalah ini dalam kesempatan berikutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan, serta para pembaca khususnya.
Kebumen, 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar………………………………………………………i
Daftar
Isi…………………………………………………………….ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang………………………………………….1
1.2.Rumusan
Masalah………………………………………2
1.3.Tujuan
dan Maksud Penulisan………………………….2
2.1.Pengertian
Problematika Guru…………...……………..
2.2.Guru
dan Tantangan Globalisasi………………......…….
2.3.Problematika
Guru secara Umum…………..........……...
2.4.Solusi
Untuk Menyelesaikan Problematika Guru...……..
BAB
III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.Kesimpulan…………………………………………..….
3.2.Saran………………………………………………….....
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………....…10
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pembahasan
mengenai guru selalu menarik, karena ia adalah kunci pendidikan. Artinya jika
guru sukses, maka kemungkinan besar murid-muridnya akan sukses. Guru adalah
figur inspirator dan motivator murid dalam mengukir masa depannya. Jika guru
mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu
akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-citanya di masa depan.Terlepas
dari hal itu, guru juga memiliki berbagai problematika atau masalah. Masalah
guru senantiasa mendapat perhatian, baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat
pada umumnya dan oleh ahli pendidikan khususnya. Pemerintah memandang bahwa
seorang guru merupakan media yang sangat penting artinya dalam kerangka
pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosio kultural
yang berfungsi mempersiapkan generasi muda, sesuai dengan cita-cita bangsa.
Demikian pula masalah guru di negara kita dapat dikatakan mendapat titik
sentral dalam dunia pensdidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non
formal. Dalam GBHN, masalah guru mendapat prioritas dalam perencanaan
sehubungan dengan persoalan-persoalan mutu dan relevansi dengan perluasan
belajar.Menurut Beeby dalam bukunya Oemar hamalik, masalah guru adalah masalah
yang penting. Penting oleh sebab mutu guru turut mmenentukan mutu pendidikan.
Sedangkan mutu pendidikan akan menentukan mutu generasi muda, sebagai calon
warga negara dan warga masyarakat. Masalah mutu guru sangat bergantung kepada
sistem pendidikan guru. Sebagaimana halnya mutu pendidikan pada umumnya, maka
mutu pendidikan guru harus ditinjau dari dua kriteria pokok, yakni kriteria
produk jug kriteria proses.Produk pendidikan guru ditentukan oleh tujuan
pendidikan guru yang hendak dicapai, baik tujuan intrinsik maupun tujuan
ekstrinsik. Tujuan intrinsik merupakan tujuan-tujuan yang didasarkan pada
sistem nilai dan kultural masyarakat. Di negara kita, falsafah pancasila dan
UUD 1945 yang dituangkan da;am GBHN, dimana pendidikan guru merupakan bagian
integral di dalamnya. Sedangkan tujuan ekstrinsik, mempersoalkan tujuan
pendidikan, apakah sesuai dengan tuntutan lapangan kerja dan masyarakat. Secara
spesifik, apakah pendidikan guru telah relevan dengan tuntutan kerja di sekolah
tempat ia bertugas.Kriteria melihat proses pendidikan guru dari sudut penyelenggaraan
pendidikan, antara lain mermperbincangkan masalah kurikulum, alat, media, dan
peranan guru yang bertugas dalam lembaga pendidikan guru. Tentu saja kurikulum
dan berbagai komponen lainnya yang menunjang proses pendidikan guru, semuanya
dibina dan direncanakan sejalan dengan tujuan yang hendak dicapai. Jadi, jelas
antara kriteria produk dan kriteria proses harus sejalan.
1.2.
Rumusan Masalah
2.
Apa pengertian problematika guru?
3.
Bagaimana guru dan tantangan globalisasi?
4.
Apa saja problematika guru secara umum?
5.
Bagaimana solusi untuk menyelesaikan
problematika tersebut?
1.3. Tujuan Penulisan
Mengacu pada rumusan masalah, maka
ada beberapa tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui definisi Problematika
Guru
2.
Mengetahui
dan memahami Guru dan Tantangan Globalisasi
3.
Mengetahui
Problematika Guru secara Umum
4.
Memahami
solusi untuk menyelesaikan Problematika
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Problematika Guru
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa
Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat
dipecahkan, yang menimbulkan masalah, permasalahan, situasi yang dapat didefinisi
sebagai suatu kesulitan yang perlu dipecahkan, diatasi atau disesuaikan.
Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan sulit yang dihadapi
dalam proses pembelajaran, baik yang datang dari individu guru (faktor
eksternal) maupun dalam proses pembelajaran yangberlangsung di sekolah (faktor
intern).Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang
yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla,
dirumah, dan sebagainya. Guru merupakan jabatan atau profesi yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan yang dimaksud dengan guru
agama adalah "orang dewasa yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan memberikan pertolongan terhadap mereka dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tugasnya sebagai hamba atau khalifah Allah
maupun sebagai makhluk sosial serta makhluk individu yang mandiri".Jadi
problematika guru adalah persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses
pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik
hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan.
2.2. Guru dan Tantangan Globalisasi
2.2. Guru dan Tantangan Globalisasi
Globalisasi telah mengubah
cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga
bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus globalisasi. Setiap
individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni di menempatkan dirinya dan berperan
sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban dan
terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk dalam wilayah pendidikan
dan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam
konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat
berperan.
Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di dekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, dibutuhkan sekolah yang unggul yang memiliki ciri-ciri:
Tugas dan peran guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru di dekolah diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, dibutuhkan sekolah yang unggul yang memiliki ciri-ciri:
Ø Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif
dengan kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan masa pendidikan.
Ø Memilki visi, misi, dan strategi
untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas.
Ø Guru-guru yang kompeten dan berjiwa
kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara
inovatif.
Ø Siswa-siswa yang sibuk, bergairah,
dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran.
Ø Masyarakat dan orang tua yang
berperan serta dalam menunjang pendidikan.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi
guru dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
v Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Dengan kondisi ini guru harus bisa
menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan bijaksana. Responsif artinya guru
harus bisa menguasai dengan baik produk iptek, terutama yang berkaitan dengan
dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa
penguasaan iptek yang baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban iptek
serta menjadi guru yang “isoku iki”.
v Krisis moral yang melanda bangsa
negara Indonesia. Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi
pergesaran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai
tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring
dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hibura cetak maupun elektronik
yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan
kehidupan yang menjurus pergaulan bebas dan materealisme. Mereka
sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut
kepraktisan, kesenangan belaka (hedonisme) dan budaya instant. Salah satu
survei yang dilakukan sebuah lembaga di Yogyakarta menunjukan angka
mengkhawatirkan, yaitu sekitar 10% siswa tingkat SMP di kota itu pernah
berhubungan badan. Tentu saja hasil survei tersebut mengejutkan kita semua, mengingat
rata-rata usia siswa SMP 12-15 tahun, suatu usia yang masih belum waktunya
untuk melakukan suatu hubungan seperti layaknya suami istri. Disamping itu,
kita mengenal bahwa Yogyakarta merupakan kota pelajar. Fenomena tersebut
menunjukkan bahwa arus globalisasi, terutama yang bersifat negatif, bila tidak
hati-hati akan menghancurkan generasi muda dengan perilaku-perilaku menyimpang.
v Krisis sosial, seperti kriminalitas,
kekerasan, pengangguran, dam kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat
perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang
ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan
menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secar pendidikan,
akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisasi dan
kapitalisme. Ini merupakan tantangan guru untuk merespons realitas ini,
terutama dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidkan yang formal
dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta
didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun.
v Krisi identitas sebagai bangsa dan
negara Indonesia. Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia
membutuhkan identitas kebangsaan ( nasionalisme ) yang tinggi dari warga negara
Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk tetep eksisnya bangsa
dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan mendorong
jiwa berkorban untuk bangsa dan negara sehingga akan berbuat yang terbaik untuk
bangsa dan negara. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di
kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti
kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia,
pola dan gay hidup remaja yang lebih ke barat-baratan, dan beberao indikator
lainnya. Melihat realitas diatas guru sebagai penjaga nilai-nilai nasionalisme
harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya
jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
v Adanya perdagangan bebas, baik
tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia. Kondisi di atas membutuhkan kesiapan
yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan
SDM yang andal dan unggul yag bersaing dengan bangsa-bangsa lain di Dunia.
dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan
SDM yang di gambarkan seperti diatas. Oleh karen itu di butuhkan
guru yang visioner, kompeten, dan berkedikasi tinggi sehingga mampu
membekali peserta didik dengan sejumlah kompetens yang diperlukan
dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus
berubah.
2.3. Problematika Guru Secara Umum
Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang
secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
Ø Rendahnya penguasaan IPTEK.
Memasuki era persaingan global
sekarang ini, penguasaan IPTEK menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal
ini merupakan ancaman sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya dan
bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru dimasa depan.
Ø Rendahnya kesejahteraan guru.
Hal lain yang juga merupakan problem
yang harus dihadapi oleh guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali orientasi kerja guru
dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk kepentingan profesi dan
mengabaikan kebutuhan dasar tersebut. Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan
timbulah keinginan memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini,
tenaga dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya dari
pada tuntutan profesinya.
Ø Kurangnya minat guru dalam
meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
Dalam hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
Ø Rendahnya minat baca.
Dengan cara menyadari tentang
pentingnya pengembangan wawasan keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam
dunia pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat intelektual yang matang.
Ø Guru seharusnya menyadari bahwa
tugasnya yang utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar
terjadi kegiatan belajar pada peserta didik.Berbagai kasus menunjukkan bahwa
diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar dengan baik,
meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang mendasari asumsi itu. Asumsi
keliru tersebut seringkali menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga
banyak guru yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam
perencanaan pelaksanaan maupun dalam evaluasi pembelajaran.
Ø Aspek psikologi menunjukkan pada
kenyataan bahwa peserta didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf
perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya sehingga menuntut materi yang
berbeda pula.
Ø Tidak semua guru memiliki kemampuan
untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu
mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut
memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta
didik secara optimal.
Ø Dalam kaitannya dengan perencanaan,
guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun
dalam kenyataannya dalam berbagai alasan, banyak guru mengambil jalan pintas
dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan pembelajaran, sehingga guru
mengajar tanpa persiapan.Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall
Educative). Banyak guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak
sesuai dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan tugas
yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (pekerjaan rumah) namun
jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan siswa dan mengabaikannya tanpa memberi
komentar, kritik, dan saran untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru
menerapkan kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
Ø Guru sering mengabaikan perbedaan
individu peserta didik. Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki
perbedaan individual yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat variatif dan sering
memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap peserta didik memiliki
perbedaan yang unik, memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian
yang berbeda-beda. Latar belakang keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan
lingkungan, membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan
daya kompetensinya.
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah:
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan kewajiban seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah:
1. Memperoleh penghasilan di atas
kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam
melaksanaan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
4. Memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatjkan sarana
dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam penilaian
dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan/sanksi kepada peserta didik
sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan
perundang-undangan.
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan
keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8. Memiliki kebebasan untuk berserikat
dalam organisasi profesi.
9. Memiliki kesempatan untuk berperan
dalam penentuan kebijakan pendidikan.
10. Memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
11. Memperoleh pelatihan dan pengembangan
profesi dalam bidangnya.
2.4. Solusi Untuk Menyelesaikan Problematika Guru
Untuk mengatasi problematika guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari keprofesionalannya, dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita pun akan meningkat.
Semoga guru-guru dapat mengatasi sendiri problematika yang dihadapinya. Jangan menyerah dan pasrah dengan keadaan yang ada. Justru gurulah yang harus menjadi motivator dan inspirator bagi lingkungannya. Dan untuk mengantisipasinya perlulah seorang guru memiliki profil yang mampu menampilkan sosok kualitas personal, sosial dalam menjalankan tugasnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Problematika guru adalah
persoalan-persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru
yang bertugas untuk mendidik dan mengajar anak didik hingga memperoleh
kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam pendidikan agama islam.
2. Guru dan tantangan globalisasi telah
mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat
dan sebagai warga bangsa. Tidak seorang pun yang dapat menghindari dari arus
globalisasi. Setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni di menempatkan dirinya
dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi
korban dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk
dalam wilayah pendidikan dan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif
maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung
tombak dunia pendidikan sangat berperan.
3. Problematika guru secara umum
yaitu :
Ø Rendahnya penguasaan IPTEK
Ø Rendahnya kesejahteraan guru
Ø Kurangnya minat guru dalam
meningkatkan kualitas keilmuannya dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Ø Rendahnya minat baca.
Ø Guru seharusnya menyadari bahwa
tugasnya yang utama adalah mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi
kegiatan belajar pada peserta didik.
Ø Aspek psikologi
Ø Tidak semua guru memiliki kemampuan
untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu
mereka dalam menghadapi kesulitan belajar
Ø Dalam kaitannya dengan perencanaan,
guru dituntut untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien
Ø Sering terjadi persiapan
pembelajaran
Ø Guru sering mengabaikan perbedaan
individu peserta didik
4. Solusi Untuk mengatasi problematika
guru di atas, diperlukan kerjasama dari kita semua untuk dapat saling membantu
agar guru mampu meneliti, mendapatkan income tambahan dari keprofesionalannya,
dan menyulut guru untuk kreatif dalam mengembangkan sendiri media
pembelajarannya. Bila itu semua dapat terwujud, maka kualitas pendidikan kita
pun akan meningkat.
3.2. Saran
Penulisan
makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperdalam mahasiswa agar
mempunyai wawasan yang luas tentang kepribadian guru PAI, makalah ini juga
baiak untuk dijadikan literatur bacaan,acuan penelitian, bahan kajian – kajian
kependidikan lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin, Profesi Keguruan, Malang: IKIP Malang, 1995.
Jamal Ma’murAsmani,TipsMenjadiGuruInspiratif,Kreatif,danInovatif, Jogjakarta: DIVA Press, 2010.
Kunandar,GuruProfesionalImplementasiKurikulumTingkatSatuanPendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.
M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta:
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: Rosda, 2003.
Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004.
Sutan Rajasa, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Utama Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar